Minggu, 19 Agustus 2007

My Sorrow and His Plan

Sampai hari ini, saya belum tau berapa umur kandungan saya tepatnya. Karena seperti yang saya bilang sebelumnya, pada waktu pemeriksaan USG pertama kali, kantung janin saya belum terlihat. Jadi dokter belum bisa memastikan umur kandungan saya, kalo pun dihitung secara kasar, masih sulit untuk menghitungnya, karena siklus haid saya tidak teratur. Tapi anggap saja, usia kandungan saya saat ini (dengan hitungan kasar yang dibuat oleh suami saya) adalah 6 minggu. Yang berarti 1,5 bulan. Oia, masalah hitung-hitungan kehamilan ini, ternyata suami saya jauh lebih jago dari saya. Malahan, dia tau masa subur saya! Jadi, kehamilan saya sekarang ini merupakan bukti perencanaan yang matang oleh suami. A baby made by my husband plan. (and ofcourse, by Allah gift).

Bicara tentang perencanaan, suami saya adalah orang yang penuh dengan perencanaan yang matang. He is a well-planned-kind of person. Saya gak pernah nemu orang yang penuh dengan perencanaan hidup sematang suami saya. Sehubungan dengan kehamilan saya ini, dia sudah punya rencana jangka pendek mengenai kehidupan kami. Misal, dia sudah menganggarkan sebagian uang diluar untuk tabungan kami yang lain, untuk biaya persalinan anak kami kelak. Jadi setiap bulannya (selama 9 bulan) dia akan memberikan saya sejumlah uang yang sama besarnya untuk ditabung. Padahal kami punya tabungan lainnya, tapi menurutnya, akan lebih baik kalo ada tabungan khusus untuk persalinan, we never know what will happen next....gitu katanya. Buat saya, sekali lagi, dia benar dengan segala perencanaan keuangan keluarga kami.

Contoh lainnya, dia sudah berpikir, bagaimana saya akan berangkat ke kantor ketika perut saya nanti semakin membesar. Selama ini saya memang mengendarakan mobil pribadi ke kantor, tapi saat ini, karena kandungan saya masih sangat muda, jadi belum ada masalah yang berarti. Tapi kalo kandungan sudah besar? One big mark question. Saya bilang sama suami, kalo kandungan saya gak ada masalah, saya bisa nyetir sendiri ke kantor sampe waktu cuti melahirkan, tentunya setelah konsul dengan dsog saya. Tapi keliatannya dia masih ragu-ragu, saya tau, ketika dia terdiam, dia berpikir keras mengenai baik buruknya apa yang saya ucapkan, dan jauh di sudut hatinya, dia udah punya rencana yang jauh lebih matang dari saya. Hanya menunggu waktu yang terbaik untuk mengungkapkan dan merealisasikannya.

Kekhawatiran terbesar saya saat ini adalah, berdasarkan perhitungan kasar, dan jika Allah mengizinkan, anak kedua kami akan lahir pada akhir April. Yang berarti, tepat pada masa kontrakan rumah yang kami tempati saat ini berakhir. And then, how can i deal with it? Gak terbayang kalo saya harus mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya, dulu, waktu kelahiran anak pertama saya, hari pertama kepulangan saya dari RS, saya langsung pulang ke rumah baru kami setelah sebelumnya(sampai detik saya melahirkan) kami tinggal di rumah orangtua saya, bisa dibayangkan, dengan bayi baru dalam gendongan saya, dan rumah baru yang masih terasa asing, ditambah lagi barang-barang saya belum sepenuhnya dipindahkan ke rumah baru. Jadi, saya seringkali merasa frustasi jika membutuhkan barang-barang saya tapi tidak ada, ditambah kelelahan mengurus bayi dan menata rumah. Dan itu adalah salah satu faktor saya terjangkiti baby blues yang mengharu-biru. Dan kini....apakah saya harus mengalaminya lagi???

Ternyata, suami pun sudah memikirkan hal ini, dia sudah merencanakan kepindahan kami jauh-jauh hari sebelum saya melahirkan. Sehingga ketika saya melahirkan, kami sudah kerasan di rumah kontrakan yang baru. Thanks God. Tapi, pertanyaan berikutnya yang muncul, dalam keadaan hamil, tentu riskan untuk pindah rumah. Ah...begitu banyak pertanyaan-pertanyaan dan kekhawatiran saya, rasanya gak ada abis-abisnya. Untuk saat ini, anggap saja, suami saya juga sudah punya jawaban atas kekhawatiran lanjutan saya itu (and i believe he does!) dan biarlah saya menjalani dengan enjoy kehamilan saya ini, memberi nutrisi yang seimbang dan bergizi untuk janin dalam kandungan saya, mengasah kecerdasannya selama masih dalam kandungan, dan mengajaknya untuk dekat dengan Penciptanya. Selain saya masih punya satu anak lagi untuk diasuh, agar dia tidak merasa terabaikan dengan kehamilan mamanya dan merasakan kegembiraan yang sama dengan orangtuanya dengan kehamilan mamanya. Persoalan lainnya? Saya akan berusaha semaksimal mungkin menjalankan dan menyelesaikannya (seperti yang sudah-sudah) dan jika ada hal penting yang terlewat untuk saya pikirkan? Well....I count on you dear hub!

Tidak ada komentar: